Sabtu, 09 Juli 2011

Agar Rihlah jadi Oke (bagian 1)


Alhamdulillah, akhirnya jadi juga postingan pertama saya...

Di sini saya akan bercerita tentang perjalanan pribadi saya dengan keluarga, hal-hal keseharian di tengah keluarga, kisah-kisah dalam perjalanan rekreasi, cerita tentang tempat-tempat yang pernah saya kunjungi, pengalaman pribadi dan orang lain yang akan menjadi kenangan manis, ibroh atau pelajaran dan juga referensi yang berharga. Jangan bosan baca postingan saya ya..maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.  Maklum baru belajar blogging.

Alhamdulillah (lagi), setelah bertahun-tahun akhirnya bisa juga cuti saya tahun ini matching dengan liburan sekolah anak-anak.

Hmm ...bertahun-tahun anak-anak selalu protes kalau sedang liburan. “Yah...nggak asyik, nggak seru !!!  Kita sedang liburan eh Abi masuk kerja. Pas giliran Abi cuti kita pada masuk sekolah. Huuuh...nggak top !!!”, demikian protes anak-anak tahun kemaren.

Namanya juga cuma bawahan, jadinya kalau Boss sudah ambil cuti duluan yang bawahan nggak boleh ikut-ikutan cuti. Ya gitu, Boss biasanya suka cuti yang pas dengan liburan sekolah anak-anaknya, atau pas dengan lebaran. Sementara yang bawahan hanya bisa urut dada dan siap menerima protes anak-anak...
Tapi tahun ini, alhamdulillah sudah berubah. Bukannya Boss yang berubah tapi gara-gara ganti boss karena pindah tempat kerja gitu.

“Yes !!! Asyik, kita pergi rihlah ...!!!”, kata anak-anak waktu saya beritahu lewat HP tentang rencana liburan tahun ini

Oke, kembali ke soal rihlah. Supaya mudeng, Rihlah berasal dari bahasa arab kalau di Indonesia-kan kira-kira artinya istirahat, perjalanan, jalan-jalan, rekreasi, berwisata, tur. Bukan hanya sekedar jalan-jalan tanpa arti dan sia-sia belaka, tapi punya tujuan dan dimaksudkan sebagai kegiatan yg memberi sarana menyegarkan hati, pikiran dan sebagai sarana ibadah juga.

Lho, jalan-jalan koq jadi ibadah ? Lha iya, segala hal yang baik kalau kita niatkan jadi ibadah maka akan jadi ibadah atau amal sholeh. Karena itulah rekreasi atau yg kita sebut rihlah, harus punya fungsi dan makna lebih yang bisa memberikan manfaat atau kontribusi dalam perbaikan atau peningkatan pada amal sholeh kita yang lain. Sebagaimana program pada umumnya, maka sebaiknya perlu ada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi juga. Selain itu juga, supaya rekreasi atau rihlah kita tidak menjadi sia-sia dan akhirnya kita yang rugi, maka sepanjang rihlah harus terisi dengan amal sholeh. Setuju ?

Dengan pola pikir seperti inilah kita bisa memenuhi tuntutan sang waktu, yakni dengan
tidak menyiakannya, tetapi mengisinya dengan amal sholeh.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al Ashr).

Bersambung ke bagian 2...